Salam jumpa lagi teman- teman, semoga teman- teman sekalian senantiasa dalam keadaan sehat, rejeki lancar, dan bahagia. Kali ini Mas Bei akan menulis tentang salah satu tempat wisata di Jogja sekaligus sebagai saksi bisu perjuangan pahlawan kita dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Tempat wisata tersebuat adalah Tempat Wisata di Jogja Goa Selarong, saksi bisu perjuangan Pangeran Diponegoro pada saat melawan tentara Belanda yang menjajah negara kita. Yap langsung saja kita mulai.
Lokasi Goa Selarong, Tempat wisata di Jogya
Goa Selarong berada di Kabupaten Bantul, tepatnya di Dusun Kembangputihan, Pajangan, Bantul, Jogja. Untuk menuju Goa Selarong wisata Jogja ini teman- teman bisa menggunakan kendaraan pribadi/ carteran karena tidak ada angkutan umum yang melintasi obyek wisata sejarah ini. Namun demikian, jangan khawatir, karena jalan menuju ke tempat wisata di Jogya ini berupa jalan aspal yang mulus.
Untuk mengunjungi gua yang juga dikenal dengan nama Goa Diponegoro ini, teman- teman dapat melalui beberapa rute. Namun yang lebih mudah adalah melalui rute Masjid Agung Bantul ke arah barat, kemudian menuju ke jalan Selarong. Tenang, jika tersesat, banyak penduduk yang dapat kita mintai tolong untuk menjadi GPS yang akurat alias nanya alamat, hehehe.
![]() |
Patung Pangeran Diponegoro akan menyambut teman- teman di gerbang masuk |
Sejarah Goa Selarong, Tempat Wisata di Jogya
Tentang Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Raja Kasultanan Yogyakarta yang ketiga yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono III. Pangeran Diponegoro terlahir dari salah seorang selir Sri Sultan Hamengkubuwono III pada tanggal 11 November 1785 dengan nama asli Mustahar. Menyadari posisinya sebagai anak selir, Pangeran Diponegoro menolak keinginan Sri Sultan Hamengkubuwono III untuk menjadikannya sebagai penerus tahtanya. Pangeran Diponegoro sangat tertarik dengan agama islam dan hidup merakyat, sehingga beliau lebih suka tinggal di Tegalrejo, sebuah desa di Jogja yang juga sebagai tempat tinggal eyang buyutnya yang juga permaisuri dari Sri Sultan Hamengkubuwono I, Gusti Kanjeng Ratu Tegalrejo.
Pemberontakan Pengeran Diponegoro
Pada awalnya Pangeran Diponegoro tidak begitu mempermasalahkan kehadiran Belanda ke tlatah Kasultanan Yogyakarta. Namun semenjak pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono V, Pangeran Diponegoro mulai terusik dengan Belanda. Hal itu dikarenakan antara lain adanya sistem perwalian pada pemerintahan Keraton Yogyakarta (pada saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono V diangkat sebagai raja pada usia 3 tahun, dengan didampingi anggota perwalian yang didalamnya termasuk Pangeran Diponegoro, sedangkan pemerintahan sehari- hari dijalankan oleh Patih Danureja bersama Resimen Belanda).
Pemberontakan Pangeran Diponegoro mencapai puncaknya pada saat meletusnya Perang Jawa atau lebih dikenal dengan sebutan Perang Diponegoro. Perang ini tersulut akibat Belanda memasang patok di tanah milik Pangeran Diponegoro. Selain itu memang Beliau sudah muak dengan tingkah Belanda yang tidak menghargai adat istiadat serta membani rakyat dengan pungutan pajak. Maka meletuslah perang yang dimulai pada tahun 1825 tersebut.
Goa Selarong Sebagai Markas Diponegoro
Pada hari ke 21 bulan Juli tahun 1825, Belanda mengepung kediaman Diponegoro di Tegalrejo, akan tetapi Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri ke Gua Selarong, yang sekarang menjadi tempat wisata di Jogya yang memang sudah dipersiapkan sebagai tempat persembunyian sekaligus sebagai tempat menysun strategi. Pada saat pelarian tersebut, tidak kurang dari 77 bangsawan dari Keraton Ngayogyakarta bergabung dengan Pangeran Diponegoro di Gua yang berada di bukit kapur tersebut. Selama berada di Gua Selarong, pangeran Diponegoro beserta pengikutnya sudah membuat Belanda kewalahan. Taktik gerilya membuat Belanda kesulitan menemukan keberadaan pasukan Diponegoro. Memang selama berperang, Pangeran Diponegoro selalu menggunakan alam sebagai pendukung peprangan tersebut. Sebagai pribumi, tentu Diponegoro beserta pasukannya sudah sangat familiar dengan alam di wilayah Yogyakarta, sedangkan Belanda sama sekali tidak memahaminya. Pada saat perang ini, pihak Belanda menggunakan berbagai macam strategi hingga pada puncaknya Belanda mengerahkan tidak kurang dari 23.000 pasukan untuk menggempur pasukan Diponegoro, suatu hal yang belum pernah terjadi pada saat itu.
Strategi Belanda yang berhasil menghentikan perang ini adalah strategi tipu muslihat yang memang selama berada di bumi Nusantara ini strategi tersebut banyak digunakan dan berhasil. Karena tipu muslihat itulah yang membuat Pangeran Diponegoro ditangkap pada tahun 1830 dan diasingkan ke Manado, kemudian dibuang ke Makassar hingga wafatnya pada tahun 1855. Dengan peristiwa ini berakhir pula lah perang terdasyat di wilayah Kasultanan Ngayogyakarta. Disebut terdasyat karena selama 5 tahun perang ini berkecamuk, tidak kurang 15.000 pasukan Belanda yang terdiri dari 8.000 pasukan Belanda dan 7.000 pasukan pribumi tewas. Sedangkan dari pihak Pangeran Diponegoro setidaknya 200.000 pasukan gugur. Begitu banyaknya pasukan Diponegoro yang gugur hingga pada saat itu penduduk di wilayah Kasultanan Ngayogyakarta menyusut hingga separuh.
Pesona Gua Selarong wisata Jogja Sebagai
Saat ini G0a Selarong menjadi salah satu daya tarik wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Bantul. Tidak hanya nilai historisnya yang tinggi, kondisi alam yang masih asri juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Tempat persembunyian yang tersusun dari batu kapur yang digelayuti oleh akar- akar pepohonan yang berusia ratusan tahun membawa kita seolah- olah berada di tempat yang jauh dari peradaban. Untuk memasuki obyek wisata ini, setiap pengunjung dikenakan retribusi masuk yang cukup murah, yaitu sebesar Rp. 3.750,- yang pada prakteknya dibulatkan menjadi Rp. 4.000,-
Kompleks Goa Selarong
Pada komplek Goa Selarong ini terdapat dua buah gua utama. Dua gua tersebut adalah gua kakung (kakung = laki- laki) yang digunakan oleh Pangeran Diponegoro, dan gua putri yang dipake oleh selir beliau yang bernama Raden Ayu Retnaningsih (istri Pangeran Diponegoro sudah lebih dahulu meninggal).
Jangan bayangkan bentuk gua ini seperti gua alam yang panjang, gua pada kompleks Gua Selarong lebih mirip sebagai cekungan pada sebuah tebing yang kemudian dipahat agar bisa ditinggali. Untuk menuju ke sepasang gua ini, kita harus melewati anak tangga yang walaupun tidak terlalu banyak tetapi cukup curam. Namun jangan khawatir karena tangga tersebut dibagi dalam beberapa teras dimana pada setiap teras terdapat kursi untuk istisarat serta permainan anak- anak seperti ayunan dan juga jungkat – jungkit.
![]() |
Gua kakung |
![]() |
gua putri |
Selain sepasang gua, pada Gua Selarong obyek wisata Jogja ini terdapat juga air terjun kecil. Air terjun ini berada di depan gua putri. Namun air terjun ini teraliri air pada saat musim penghujan, pada musim kemarau, hampir tidak ada air yang mengalir pada air terjun ini, kalaupun ada hanya pada sumbernya yang berada di puncak. Selain itu terdapat sebuah gardu di puncak bukit (di atas Gua Putri). Dari gardu ini, kita bisa melihat hamparan hijau pepohonan di dareah Pajangan.
![]() |
air terjun Gua Selarong |
Para Penjaja Buah-buahan di Tangga Goa Selarong
Hal menarik lain yang akan kita temui di Goa Selarong wisata Jogja ini adalah adanya para ibu- ibu sepuh penjaja buah yang berjualan di anak tangga. Dahulu dagangan ibu- ibu ini adalah jambu biji merah. Memang dulunya banyak terdapat pohon jambu merah di sini.
Namun nampaknya populasi pohon yang berkurang atau bahkan hampir habis mengakibatkan ibu- ibu ini sekarang hanya menjual jambu air, sawo , serta minuman saja. Selain para penjaja buah, terdapat pula para pengrajin kipas dan mebel antik di dekat parkiran Goa Selarong ini.

Oke, saya rasa cukup sekian dulu artikel Goa Selarong tempat wisata di Jogya , saksi bisu perjuangan Pangeran Diponegoro ini. Semoga bermanfaat bagi saya khususnya dan teman- teman sekalian pada umumnya. Jika ada kritik, saran, tambahan atau apapun, silakan teman- teman curahkan pada kolom komentar di bawah ini. Terima Kasih.
“Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghormati jasa pahlawannya” Ir. Soekarno